AKSI NYATA GURU PENGGERAK
Aksi Nyata – Menuju Merdeka Belajar –
Peneraan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Disusun oleh : Dian Jani Prasinta
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradapmaka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.
KHD membedakan antara pengajaran dan pendidikan. Pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.Ibarat bibit dan buah. Pendidik adalah petani yang akan merawat bibit dengan cara menyiangi hulma disekitarnya, memberi air, memberi pupuk agar kelak berbuah lebih baik dan lebih banyak, namun petani tidak mungkin mengubah bibit mangga menjadi berbuah anggur. Itulah kodrat alam atau dasar yang harus diperhatikan dalam Pendidikan dan itu diluar kecakapan dan kehendak kaum pendidik. Sedang Pengajaran adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin (Dewantara I, 2004).
Menurut Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat (Dewantara II , 1994). Dengan demikian, pendidikan itu sifatnya hakiki bagi manusia sepanjang peradabannya seiring perubahan jaman dan berkaitan dengan usaha manusia untuk memerdekakan batin dan lahir sehingga manusia tidak tergantung kepada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.
Kebudayaan berasal dari bahasa latin Culture yang berarti “mengusahakan”, mengusahakan untuk mendapatkan kemajuan kehidupan. Inti dari kebudayaan adalah manusia. Dengan kata lain kebudayaan adalah khas insani. Hanya manusia yang berbudaya dan membudaya. Dengan mengusahakan kehidupan yang lebih baik seseorang akan memerlukan pendidikan.
Pendidikan dan Kebudayaan terdapat hubungan yang saling berkaitan. Tidak ada kebudayaan tanpa pendidikan, begitu juga praksis pendidikan tidaklah stagnan, melainkan selalu berkembang dengan lingkup kebudayaan. Apabila kita ingin membangun kembali masyarakat Indonesia dari krisis globalisasi maka tugas tersebut menjadi tugas pembangunan kebudayaan kita.
1.2.
Tujuan Pendidikan
Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”.
Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.
Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
Ki Hadjar Dewantara, mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Ki Hadjar Dewantara, menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.
Perubahan bagi penulis adalah perubahan menuju merdeka belajar. Seperti semboyan Bapak Pendidikan Ki Hadjar Dewantara "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Di depan memberikan contoh karena pendidik sebagai panutan untuk memberi contoh yang baik. Guru adalah teladan yang perlu di dengar ucapannya dan ditiru perbuatannya, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Sehingga menghasilkan pribadi-pribadi yang beradab, bermartabat, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggung jawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur dan berkepribadian. Di tengah memberi semangat dan motivasi terbesar seseorang berasal dari diri mereka sendiri. Di belakang memberi dorongan, yang memberikan dorongan adalah guru. Guru yang hebat menghasilkan murid yang hebat, tapi guru yang luar biasa akan menghasilkan murid yang pantang menyerah karena guru yang luar biasa tidak akan menyerah pada kondisi apapun muridnya dan menghasilkan murid yang pantang menyerah dalam meraih cita-cita.
Menuju perubahan tersebut, penulis melakukan penerapan perubahan pada rekan – rekan guru yang ada disekolah, agar seluruh guru disekolah mampu mengadakan perubahan dalam menerapkan profil pelajar pancasila, ''Beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif'' di sekolah dengan berbagai langkah sebagai berikut:
1. Membuat kesepakatan perubahan kepada seluruh guru dan kepala sekolah.
2. Mengenalkan pemikiran KHD dan tujuan pendidikan nasional
3. Menerapkan literasi dan digitalisasi pada seluruh rekan guru.
3. Mengajak seluruh rekan guru mengikuti program guru belajar
dan program-program lain yang diadakan pemerintah
4. Membuat jadwal berkala pengecekan perangkat mengajar dan
seluruh rencana pelaksaan pembelajaran semua guru, agar tidak terjadi
ketimpangan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
5. Mempersiapkan guru – guru yang cakap, inovatif, dan kreatif
dalam pelaksanaan proses pembelajaran guna menerapkan pembelajaran PAIKEM di
kelas (Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan).
Pendidikan dan pembelajaran di kelas dan sekolah, kami menerapkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Seperti semboyan Bapak Pendidikan Ki Hadjar Dewantara "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Di depan memberikan contoh karena pendidik sebagai panutan untuk memberi contoh yang baik. Guru adalah teladan yang perlu di dengar ucapannya dan ditiru perbuatannya, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Sehingga menghasilkan pribadi-pribadi yang beradab, bermartabat, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur dan berkepribadian. Di tengah memberi semangat dan motivasi terbesar seseorang berasal dari diri mereka sendiri. Di belakang memberi dorongan, yang memberikan dorongan adalah guru. Guru yang hebat menghasilkan murid yang hebat, tapi guru yang luarbiasa akan menghasilkan murid yang pantang menyerah karena guru yang luar biasa tidak akan menyerah pada kondisi apapun muridnya dan menghasilkan murid yang pantang menyerah dalam meraih cita-cita.
Pendidikan harus sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Penerapan di sekolah kami peserta didik diberi kebebasan untuk memilih cara belajar mereka sesuai dengan, minat, bakat, kemampuan, keunikan, gaya belajar, dan lainnnya. Misalnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia materi pelajaran mengenai fabel, guru memberikan tugas terkait materi tersebut, peserta didik diberi kebebasan untuk memilih tugasnya dengan cara menulis cerita fabel, memerankan drama fabel, atau membuat cerita fabel melalui teknologi. Dan guru akan selalu memantau dengan menanyakan ide kreatif dan proses yang dilakukan peserta didik, sehingga jika ada kendala siswa dapat menanyakan langsung apa kendalanya dan guru dapat mengarahkan peserta didik agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pendidikan juga harus sesuai dengan perkembangan zamannya agar peserta didik mengetahui perubahan setiap zamannya.
Menerapkan konsep profil pelajar pancasila di kelas dan sekolah, ''Beriman, Bertakwa, Berakhlak Mulia, Berkebinekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif''.
2.3.
Dokumentasi
2.4. Testimoni
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Ki Hajar Dewantara, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.
Dalam hal ini, Ki Hadjar Dewantara membedakan antara Pengajaran dan Pendidikan. Pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.Ibarat bibit dan buah. Pendidik adalah petani yang akan merawat bibit dengan cara menyiangi hulma disekitarnya, memberi air, memberi pupuk agar kelak berbuah lebih baik dan lebih banyak, namun petani tidak mungkin mengubah bibit mangga menjadi berbuah anggur. Itulah kodrat alam atau dasar yang harus diperhatikan dalam Pendidikan dan itu diluar kecakapan dan kehendak kaum pendidik. Sedang Pengajaran adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin (Dewantara I, 2004).
Ki Hadjar Dewantara mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut :''Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21).
Semboyan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Di depan memberikan contoh karena pendidik sebagai panutan untuk memberi contoh yang baik. Guru adalah teladan yang perlu di dengar ucapannya dan ditiru perbuatannya, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Sehingga menghasilkan pribadi-pribadi yang beradab, bermartabat, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur dan berkepribadian. Di tengah memberi semangat dan motivasi terbesar seseorang berasal dari diri mereka sendiri. Di belakang memberi dorongan, yang memberikan dorongan adalah guru Profil Pelajar Pancasila ''Beriman, Bertakwa, Berakhlak Mulia, Berkebinekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif''.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
https://telisik.id/news/mengenal-pemikiran-ki-hajar-dewantara-tentang-pendidikan
https://www.youtube.com/watch?v=CX-EhOad3AA
Comments
Post a Comment